Bagi para sejarawan pasti gemar sekali untuk mencari artikel tentang sejarah-sejarah terbentuknya suatu wilayah, apalagi jika daerah tersebut menjadi pusat pemerintahan pada saat ini. Pada kesempatan kali ini saya mengrefrensi dari blog "lontar" yang membahas tentang "Babad Kabupaten Ambal". Bagi kaum muda seperti saya, sejarah suatu daerah terutama daerah kita pun setidaknya kita harus mengetahuinya walaupun itu tidak terlalu detail.
Bagi yang tertarik silahkan baca artikel di bawah ini, selamat membaca. ;)
Bagi yang tertarik silahkan baca artikel di bawah ini, selamat membaca. ;)
KERANGKA CERITA BABAD AMBAL
1. Kabupaten Ambal termasuk wilayah Bagelen yang menjabat Bupati bernama K.P.A.H. Purbanagara (1828 – 1872M). Kabupaten Ambal berlangsung dalam satu periode/selama hidupnya Bupati Purbanagara. Setelah Purbanagara meninggal dunia wilayah Bagelen dibagi tiga wilayah yaitu (1) Kabupaten Kutoarjo (2) Kabupaten Kebumen (3) Kabupaten Karanganyar.
2. K.P.A.H. Purbanagara seorang Bupati yang bijaksana, hidupnya sederhana, sangat akrab dengan rakyatnya. Beliau mempunyai hamba/pengasuh kepercayaan yang ditugaskan mengasuh putra-putranya
2. K.P.A.H. Purbanagara seorang Bupati yang bijaksana, hidupnya sederhana, sangat akrab dengan rakyatnya. Beliau mempunyai hamba/pengasuh kepercayaan yang ditugaskan mengasuh putra-putranya
Pada jaman Mataram semasa pemerintahan Sinuhun Raja mempunyai selir bernama Mas Ajeng Tingkir, berputra bernama Raden Mas Semedi, anak itu kemudin diserahkan kepada Mangundipura agar diasuhnya baik-baik. Setelah dewasa Raden Mas Semedi bekerja sebagai Abdi Dalem. Pada jaman Perang Dipanegara Raden Mas Semedi meningglkan kraton mengungsi menuju daerah Kedu. Setelah sampai di Kebumen memakai nama samaran Mangunprawira.
Di daerah Ambal selatan atau daerah “Urut Sewu” terjadi huru-hara disebabkan oleh Gamawijaya (Puja Gamawijaya) dari desa Plempuk yang terkenal berani dan sakti. Pekerjaan sehari-hari sebagai perampok. Raja Mataram kemudian mengutus Pangeran Balitar agar menangkap Puja Gamawijaya. Tetapi Pangeran Balitar tidak berhasil menangkapnya. Kangjeng Gupermen mengumumkan sayembara barang siapa dapat menangkap brandal Puja Gamawijaya akan mendapat hadiah yang besar. Lurah desa Sijeruk yang bernama Wargantaka dan Andaga anaknya menyatakan bersedia menangkap brandal Puja Gamawijaya. Wargantaka telah mengetahui kelemahan-kelemahannya Puja Gamawijaya, karena teman seperguruan. Andaga diserahi tugas untuk menangkap Puja Gamawijaya (Pupuh Dhandhanggula : 1-2)
3. Puja Gamawijaya semakin berang dan beringas melihat Andaga datang di medan perang. Perkelahian terjadi. Andaga selalu diamat-amati oleh ayahnya. Puja Gamawijaya datang ke desa Sijeruk, menantang adu kesaktian dengan Andaga dan Wargantaka. Andaga tidak tahan dengan ucapan Puja Gamwijaya. Akhirnya Puja Gamawijaya kalah, dibunuh dan kepalanya dipenggal (Pupuh Pangkur : 1-28)
4. Kepala Puja Gamawijaya ditanam di tanah dekat pasar Bocor, dipakai sebagai pertunjukan. Hal itu dimaksudkan agar masyarakat tahu bahwa orang yang membuat onar telah mati dibunuh. Hadiah yang dharapkan Andaga bukan berupa uang, melainkan pangkat luhur yakni sebagai bupati. Permintaan Andaga dikabulkan, Andaga diangkat sebagai bupati Ambal dengan gelar Raden Tumenggung Purbanagara. Berita kematian Puja Gamawijaya terebar diseluruh desa “Urut Sewu”. Masyarakt merasa lega , hidupnya aman dan tenteram. Pembangunan Kabupaten Ambal segera dimulai dengan cara bergotong-royong. Bentuk bangunan dibuat menyerupai kraton. (Pupuh Gambuh : 1-32)
5. Mas Ajeng Sijeruk kakak perempuan Andaga diambil sebagai selir, karena jasanya yang sangat besar. Istri muda bernama Raden Ayu Anom berasal dari Ayah. Jumlah selir ada sembian, sedang anaknya semua 16 orang yakni :
1. Raden Ayu Mangunreja, kawin dengan Mantri Kabupaten Ambal.
2. Raden Mas Riya Mangunprawira, menjabat Mantri di Kabupaten Kebumen
3. Raden Bei Mangunwinata
4. Raden Ngebei Citradimeja, menjabat Kolektur di Ambal, kemudian diangkat sebagai Bupati Trenggalek.
5. Wijayakusuma
6. Gandadimeja
7. Raden Jayakusuma, sebagai Mantri Enom.
8. Raden Ayu Khaji Mgaisah, nama kecil Raden Ajeng Sinthing kawin dengan Raden
9. Raden Ngebei Purbakusuma,menjabat Demang Bonang di Bantul Yogyakarta.
10. Raden Ayu Idris.
11. Raden Ayu Cakradipura
12. Raden Ayu Partadipura, menjabat sebagai asisten.
13. Raden Ayu Purbaatmaja, kawin dengan penguasa di Kutoarjo.
14. Raden Ratsil.
15. Raden Ayu Abdul Gani, kawin dengan penghulu.
16. Raden Ayu Dipaprawira,menjadi Mantri Guru Kweekschool di Magelang.
Keturunan Ambal (1828-1941M) yang terakhir bernama Kangjeng Wijayakusuma, nama kecil bernama Raden Maryuni menjabat Bupati di Purbalingga, kemudian dipindahkan ke Trenggalek. Kangjeng Purbaatmaja putra Mas Ayu Godong mempunyai cucu putri kawin dengan Jayanegara Bupati Banjarnegara yang kedua.
Putra-putri Mas Ayu Sinthing kawin dengan Tumenggung Purbaatmaja Bupati Kutoarjo Cicitnya kawin dengan Kangjeng Prawirawijaya Wedana Campurdarat Kediri.
- Cicit putri kawin dengan Zarwis atau Purbaatmaja Adisurya Bupati Kendal.
- Cicit putri kawin dengan Tumenggung Arung Binang ke (?) Kebumen
- Cicit putri kawin dengan Kangjeng Sumitra Kolopaking Banjarnegara.
Keturunan Bupati Ambal ternyata banyak yang menjabat Bupati tersebar di pulau Jawa.
6. Kabupaten Ambal berdiri tahun 1828M jaman perang Dipanegara. Sebelumnya yang menjabat Bupati bernama Kanjeng Pangeran Balitar, setelah pensiuan gedung kabupaten dirusak. Tahun 1828 gedung dibagun lagi jaman Bupati Purbanagara. Istri dan selir bupati Purbanagara semua ada sembilan, satu diantaranya tidak berputra, yakni istri yang terakhir anak seorang haji dari Ambal. Istri dari Kangjeng Sinuhun Banguntapa Yogyakarta berputra dua orang, yakni :
1. Raden Ayu Mangunreja
2. Raden Riya Mangunprawira.
Raden Ayu Anom dari ayah berputra seorang bernama Raden Mangunwinata.
Istri yang berasal dari Karangluwas Purwakerta bernama Mas Ajeng Citra, beputra dua orang, yaitu :
1. Raden Bei Citradimeja.
2. Raden Ajeng Trenggalek.
Istri dari Semarang berputra satu, yaitu Raden Bei Gandadimeja.
Adapun selir yang besar jsanya yaitu Mas Ajeng Sijeruk berputra dua, yaitu :
1. Raden Jayakusuma.
2. Raden Ayu Trenggalek.
Istri dari Puring berputra dua, yaitu :
1. Raden Ayu Cakradiwirya.
2. Raden Ayu Partadipura.
3. Raden Ayu Purbaatmaja.
4.Raden Potsil.
Istri dari Tanggulaangin bernama Raden Nganten Pulangyun berputra dua, yaitu :
1.Raden Ayu Abdulgani.
2.Raden Ayu Dipaprawira, guru Kwekschool di Magelang.
Selama Bupati Purbanagara menjabat di Ambal didampingi oleh asisten Residen O Van Roes, yang kemudian diangkat sebagai Gubernur Jendral di Batavia (1884-1888M). Hubungan Purbanagara dengan O Van Roes sangat baik, hingga Purbanagara mendapat gelar “Adipati Harya”. (Pupuh Asmaradana : 1-26).
7. Bupati Ambal hidupnya sangat sederhana. Putra-putrinya tidak ada yang dimanjakan. Salah seorang putranya yang bernama Raden Mas Maryuni pernah magang menjadi pegawai Gupernuran di Batavia, bertahun-tahun tidak diangkat, disuruh pulang ke ambal. Dengan ketaatan dan ketekunan, akhirnya Raden Mas Maryuni diangkat menjadi bupati di Prabalingga Jawa Timur, kemudian dipindahkan ke Trenggalek, bergelar Kangjeng Wijayakusuma
Putri Raden Ajeng Sinthing kawin dengan Mas Ngebei Atmadipura Wedana Soka Kebumen, berputra seorang lalu cerai, kembali ke Ambal. Ngabei Atmadipura diagkat menjadi Bupati Banjarnegara, bergelar Raden Adipati Tumenggung Jayanaga ra, kawin dengn adik bupati Purwareja berputra seorang bernama Raden Mas Sutapa.
Putra laki-laki Raden Ajeng Sinthing menggantikan kedudukan ayahnya di Banjarnegara bergelar Tumenggung Jayanagara II, kawin dengan saudara sepupu dari Ambal, berputra laki-laki bernama Mangunprawira, menjabat Mantri di Kebumen.
Setelah menjanda Raden Ayu Sinting kawin dengan Raden Khaji Umar. Kemudian naik haji berganti nama Ngaisah Dyan Ayu Kaos. (Pupuh Megatruh: 1-28).
8. Jaman pemerintahan Amangkurat Agung terjadi pemberontakan Trunajaya. Mangkurat Agung meninggalkan Mataram ke arah barat lewat Kebumen. Di Kebumen Mangkurat Agung jatuh sakit, raja minta minum air kelapa muda. Mas Ngabei Kertawangsa menyediakan air kelapa kering. Sang raja terkejut, karena tidak sesuai dengan yang dikehendaki. Setelah air kelapa itu diminum, rasanya bagaikan air kelapa muda dan dengan minum air kelapa itu raja sembuh dari sakit yang dideritanya. Maka hati raja sangat berkesan. Sebagai rasa terima ksih dan untuk mengingat peristiwa itu Ngabei Kertawangsa diberi nama tambahan “Kalapaking” menjadi Ngabei Kertawangsa Kalapaking dan diberi putri “triman”, bernama Raden Ajeng Sri Mulat. Raja melanjutkan perjalannya. Setelah sampai di daerah Tegal kambuh lagi penyakitnya. Raja berpesan, jika mennggal dunia mohon dimakamkan pada tempat yang harum baunya. Maka tempat itu disebut Tegalarum. Bupati Ambal berbesan dengan Kangjeng Jayaningrat bupati Karanganyar putra Kangjeng Pangeran Murdaningrat putra Hamengku Buwana II. Setelah pensiun bertempat tinggal di Sepuran. Putranya diangkat sebagai bupati di Wanasaba. Sejak masa itu Wanasaba di bawah pemerintahan keturunan Murdaningrat dan Kalapaking.
Bupati Ambal mengadakan kunjungan kepada Tuan Mayor Bee Bee Cwan di Semarang. Pada perjalanan pulang Purbanagara singgah di Bandongan. Setelah tiba di Magelang Bupati Ambal menuju ke gedung Residen Kedu bertemu dengan Kangjeng Tuan O Van Roes, melaporkan bahwa Wedana Bandongan sudah lanjut usia dan sudah sepantanya kalau mendapat penghargaan dari pemerintah. Akhirnya wedana Bandongan dinaikan pangkatnya menjadi patih. (Pupuh Durma:1-26).
9. Ajaran tentang hidup di dunia. Orang hendaknya selalu ingat kepada Tuhan. Jangan hanya mengejar harta kekayaan. Jangan mabuk pangkat dan kekuasaan. Jangan mudah putus asa dalam usaha. Sebagai contoh adalah putra Ambal sendiri yang bunuh diri akibat lamarannya ditolak oleh seorang putri Tumenggung. Sebaliknya ada putra bupati Ambal yang tidak pernah putus asa dalam perjuangan hidup, yakni Kangjeng Jayakusuma yang mengabdi mulai pangkat rendah hingga berhasil menjadi bupati Trenggalek Jawa Timur. (Pupuh Dhandhanggula : 1-23)
10. Cucu bupati Ambal Raden Mas Suraja, juru tulis kontroler dengan diam-diam meninggalkan Ambal, karena melakukan kesalahan memotong bulu ekor kuda milik kakeknya. Raden Mas Suraja pergi ke arah barat ingin berguru ngaji. Raden Mas Suraja menyamar dengan berganti nama Mangunmustapa. Setelah beberapa lama Mangunmustapa diangkat menjadi carik disuatu desa di daerah Banjarnegara. Tugas utama adalah mendampingi lurah bila menghadap ke Kawedaan. Lama kelamaan bupati Banjarnegara mengetahui bahwa Mangunmustapa adalah cucu bupati Ambal yang pandai menari. Raden Mas Suraja (Mangunmustapa) lalu diantar pulang ke Ambal.
Cucu bupati Ambal putra Raden Mas Harya Mangunprawira yang bernama Raden Mas Gecul, mempunyai bakat melawak, dewasanya menjabat di Kalijajar daerah Wanasaba.
Cucu bupati Ambal yang menjadi istri bupati Kebumen pandai berulah seni, mendirikan perkumpulan “Wayang Wong cilik”. Bupati Ambal adalah seorang pengarang dan penulis kitab bertembang Macapat, tetapi tidak ada para putranya yang melanjutkan. Oleh pemerintah Gupermen Kabupaten Ambal akan dihapus. Bupati Ambal akan dipindah ke Surabaya, tetapi tidak bersedia.
Bupati Ambal wafat pada tanggal 7 maret 1871M, dimakamkan di desa Bener. Sepeninggal bupati Purbanagara daerah Bagelan dibagi menjadi tiga, yaitu
1.Kabupaten Kutoarjo.
2.Kabupaten Kebumen.
3.Kabupaten Karanganyar.
(Pupuh Sinom : 1-23)
Buku karangan R.M. Soeryo Winarso.
Diterbitkan oleh Penerbit Logawa, Purwokerta tahun 1941.
sumber : http://agustbedhe.blogspot.com
0 comments:
Post a Comment